Move ON

 

Awal terjun di dunia blogger secara tak sengaja, karena bergabung di Kampoeng Kata Kata yang membuat saya merasa perlu untuk membuat wadah untuk menampung tulisan-tulisan saya. Dipilihlah www.wordpress.com untuk membuat blog, karena web ini yang menyediakan panduan singkat dan simple untuk membuat blog bagi amatiran seperti saya ini.

 

Suatu hari salah satu admin yang punya akun http://goo.gl/ClPkaU berbaik hati menggagas Tantangan #15. Diantara sekitar 84 orang warga Kampoeng Kata Kata hanya ada 11 orang yang memutuskan untuk ikut tantangan ini, walaupun di tengah perjalanan kesebelasannya mrotoli hingga tersisa 5 orang yang kesemuanya wanita.

 

15 hari usai tinggallah masa pengumuman. And suprise, kami berlima semua dapat TLD, yeaayy… seneng dong apalagi TLDnya terima jadi. Yang mau menikmati keseruan belajar nulis bersama kami bisa Join di Grup WA Kampoeng Kata Kata, atau like FP Kampoeng Kata Kata.

images (10)

Ini adalah postingan terakhir saya di https://riaerha.wordpress.com/ selanjutnya teman-teman bisa baca artikel saya di www.riaerha.com. Terima kasih semuanya … semoga kita bisa terus berbagi dan memberi sedikit arti.

 

Full Moon

purnama

Sedari sore Purnama sudah nampak dari langit sebelah timur. Entah sudah berapa lama tak lagi menikmati purnama. Purnama yang dulu kehadirannya selalu dinanti, dirindukan kini seakan tiada arti. Tak lagi berani diriku untuk menatap purnama. Purnama yang selalu saja menggoda. Tak ada lagi keinginan menatap langit yang terasa begitu jauh dari jangkauan.

Ku coba koreksi diri, ada baiknya aku lebih sering melihat kebawah, agar langkahku tak lagi terantuk batu. Ku coba merenung lagi, ada baiknya aku tetap melihat ke depan agar langkahku untuk move on tak lagi tertunda-tunda. Dan pagi ini kutuliskan sebuah puisi sederhana tentang aku dan purnama

Senja sore tadi Purnama tlah nampak di ufuk timur. Cahayanya sempurna bahkan dikelilingi oleh lingkaran cahaya. Langit nampak biru cerah  menambah pesona keindahan purnama. Purnama ternyata aku merindumu, berulang kali mengacuhkan kehadiranmu tak mampu mengurangi rasa cintaku padamu.

 

Purnama engkau sungguh ciptaanNYA yang sempurna.

Hanya syukur yang terucap ketika bisa menikmati keindahan purnama.

Mata tak berkedip karena takjub akan Kebesaran Sang Pencipta.

 

Bahagiaku ketika senja tadi bisa menikmati keindahanmu. Sepanjang jalan pulang tak henti ku menatapmu. Purnama aku masih merindumu, masih kusimpan mimpi itu. Mimpi menikmati purnama di pinggir pantai bersama keluarga tercinta. Purnama engkau selalu saja datang menggoda.

Purnama, selalu ada cerita tentangmu. Saat-saat dimana aku ajak anak-anak melihat purnama di teras depan rumah. Ku hamparkan alas seadanya, kusiapkan bantal untuk mereka, dan mulailah kami menikmati purnama. Lampu tak lupa kumatikan agar hanya cahayaNYA yang menerangi seisi rumah.

Purnama begitu banyak kenangan tentangmu. Aku ajarkan mereka untuk mencintaimu agar tumbuh cinta kepada ALLAH penciptamu. Pagi ini bisa saja aku lihat purnama, tapi tak kulakukan tak ingin lagi ku tergoda dengan dunia yang fana.

Purnama betapa naifnya aku, mengira dirimu mengikutiku, bukankah engkau hanya beredar sebagai satelit bumi sehingga nampak bagiku seakan-akan engkau mengiringi langkahku. Purnama selalu ada cerita tentangmu. Purnama janganlah lagi menggodaku, aku ingin memulai hidup yang baru. Akan kulupakan mimpi tentang purnama itu, agar tak ada lagi yang mengusik hatiku.

Purnama selalu ada cerita baru untukmu. Biarkanlah saja semua berlalu, sudah saatnya memulai hidup baru.

Rio

images (17)

“Bunda, ayo sini tah ada Ria Rio” Ipi mendatangi saya menarik lengan saya sambil merajuk agar menemaninya menonton TV.

“Ria Rio apa Pi?”

“Ayo sini, ada film burung namanya Rio”

“Ayo” Sambil merangkul pundaknya kami melangkah bersama menuju ruang keluarga. Untuk menyenangkan Ipi saya tinggalkan sejenak aktifitas di Facebook.

***

Sampai depan TV ternyata film animasinya udah tinggal bagian akhirnya saja, tak apalah nonton sebentar saja lagipula saya kan lagi belajar diet media TV. Kami mulai menonton berdua, nampak sekali malam ini Ipi sangat manja dan minta diperhatikan.

Kembali ke cerita Rio. Beberapa saat mengikuti alur film, saya akhirnya tau bahwa Rio bukanlah nama burung seperti yang disebutkan Ipi. Rio dalam film yang berjudul sama adalah singkatan Rio De Janeiro sebuah kota di negara Brazil.

Rio menceritakan kisah tentang seekor burung jantan spix macaw (hasil googling di wikipedia) bernama Blu. Blu adalah burung peliharaan yang tidak dapat terbang, karena sangat dimanja oleh Linda sang majikan.

download (4)

Kisah petualangan Blu dimulai ketika Linda yang memiliki toko buku didatangi seorang ahli burung Brasil yang bernama Tulio. Tulio mengatakan bahwa Blu adalah spesies jantan terakhir dan harus dijodohkan dengan spix macaw betina agar memiliki keturunan. Singkat cerita bertemulah Blu dengan Jewel Spix Macaw betina di sebuah penangkaran. Jewel yang sangat merindukan kebebasan berusaha untuk kabur dari penangkaran dan meninggalkan blu.

Kemudian, datang seorang anak kecil yang dipekerjakan untuk mencuri burung-burung eksotis untuk diselundupkan. Awalnya Jewel yang tertangkap kemudian menyusul Blu. Mereka berdua ditawan oleh segerombolan penyelundup burung eksotis.

Singkat cerita Blu dan Jewel bisa lolos dari para penyelundup dan mereka bertemu dengan sahabat-sahabat yang membantu mereka untuk melepaskan rantai yang mengikat kaki Blu dan Jewel, seperti burung Tukan Toco bernama Rafael, Pedro burung kardinal merah jambu, burung kenari kuning bernama Nico serta Luiz seekor anjing jenis Bulldog.

Ketika rantai itu terlepas Blu merasa sedih karena akan berpisah dengan Jewel. Saat Jewel pergi tiba-tiba datang Nigel seekor burung kakak tua jahat peliharaan komplotan penyelundup. Jewel ditangkap oleh Nigel dan dimasukkan ke dalam kandang untuk diselundupkan. Para gerombolan penyelundup ini menyamar dalam kerumunan Parade agar memudahkan jalan mereka untuk membawa kabur burung-burung eksotis itu.

Mengetahui kenyataan ini, Blu dan teman-temannya mengejar dan masuk ke dalam barisan parade untuk menyelamatkan Jewel. Linda dan Tulio juga ikut ambil bagian di parade agar bisa mengejar penyelundup tersebut. Penyelundup itu berhasil kabur ke landasan lapangan udara. Sewktu belum lanading anak laki-laki kecil yang dulu pernah menangkap Jewel dan Blu datang untuk membebaskan mereka, hanya sayang aksi si bocah laki-laki itu ketahuan sehingga Blu dan Jewel tidak sempat melarikan diri.

Tulio dan Linda memacu mobil parade dengan kecepatan tinggi ketika melihat pesawat cargo itu akan lepas landas. Linda bahkan menghalangi pesawat dengan berada di depan landasan pacu, sayangnya usaha Linda gagal dan pesawat tinggal landas. Tak kehabisan akal Blu mencoba membuka kandang dengan tabung gas. Blu berhasil keluar kandang. Kemudian dia membebaskan Jewel dan teman-teman burung jenis lain yang juga ditangkap untuk diselundupkan.

Blu menekan tombol merah agar pintu belakang pesawat terbuka dan mereka bisa terbang menyelamatkan diri. Nigel kakak tua yang jahat mengetahui aksi mereka. Nigel berupaya menangkap Jewel hingga membuat Jewel terjatuh dan sayapnya patah. Blu berusaha menyelamatkan diri dari cengkeraman Nigel yang mencekik lehernya. Diraihnya pengait yang terikat pada tabung gas, kemudian mengaitkannya ke kaki Nigel. Nigel terhempas dari pesawat hingga  badannya masuk ke dalam baling-baling.

Pesawat mulai kehilangan keseimbangan karena ditabrak Nigel. Para penyelundup cepat-cepat segera pergi dari pesawat. Disaat pesawat mulai oleng Jewel terjatuh, Jewel yang sayapnya patah tak bisa terbang untuk menyelamatkan diri. Sementara itu Blu nampak ragu-ragu untuk melompat dan menyelamatkan Jewel karena ia pun tak bisa terbang, berkali-kali dilatih tetap tidak bisa. Tak tega melihat Jewel terjatuh akhirnya Blu melompat dan menangkap tubuh Jewel.

Sesaat setelah menangkap Jewel, Blu mempunyai kekuatan dan keberanian untuk membentangkan dan mengepakkan sayapnya dan akhirnya Blu bisa terbang. Blu sangat bangga bisa terbang, dia bawa Jewel berputar-putar di udara. Di akhir cerita Blu dan Jewel menjadi sebuah keluarga denga 3 orang anak spix macaw.

Apa yang dapat kita pelajari dari film Rio. Dari film Rio kita belajar arti persahatan, kesetiakawanan dan perjuangan. Perjuangan bagaimana Blu yang tidak bisa terbang akhirnya karena keterdesakan bisa terbang juga karena dia memang punya sayap yang bisa Blu gunakan untuk terbang. Sejatinya manusia pun demikian, butuh sebuah perjuangan untuk sukses, karena Allah telah memberi segala macam potensi pada diri kita yang bisa kita explore dan maksimalkan agar berdaya guna.

Jangan Cengeng

Menangislah bila harus menangis 

Karena kita semua manusia
Manusia bisa terluka manusia pasti menangis

Dan manusia pun bisa mengambil hikmah
Dibalik segala duka tersimpan hikmah Yang bisa kita petik pelajaran”

***

Kamu cengeng.

Udah jangan nangis, ayo diam.

Diam, jangan nangis.

Kalo masih nangis mama cubit lho.

Pernah ngucapin kalimat diatas nggak ma, pernah berkata seperti itukah bunda, atau ibu pernah melakukan itu kepada buah hati. Sebaiknya berpikirlah dua kali sebelum mengatakan itu kepada buah hati. Apalagi cap cengeng yang disematkan pada buah hati, bisa jadi akan menjadi identitas yang akan terus dia bawa hingga dewasa.

Anak menangis itu karena beberapa sebab yang bisa jadi tidak bisa dia ungkapkan dengan kata-kata sehingga memilih untuk menangis agar diperhatikan. Akan tetapi kita sebagai orang tua harus pandai melihat tingkah anak saat menangis apakah itu termasuk tangisan tantrum atau hanya sebuah ungkapan perasaan hati.

Untuk tangisan jenis tantrum, kuncinya bunda harus tetap sabar dan jangan langsung menuruti keinginan anak. Jika anak bisa memahami bahwa keinginannya akan terpenuhi dengan cara menangis, bisa dipastikan hari-hari berikutnya si anak akan menggunakan tangisannya sebagai senjata. Kalo sudah begini bunda sendiri yang bakal kerepotan.

Bagaimana dengan tangisan yang termasuk kategori ungkapan perasaan hati, kalo ini mah kita tinggal menunggu sang anak menyelesaikan tangisannya baru kita dekati. Mendekatinya pun dengan perasaan, posisikan diri kita sebagai teman agar si kecil bersedia menceritakann segala isi hatinya. Dengan menjadi temannya kita akan masuk ke dalam dunianya dan mencoba memahami bagaimana perasaannya. Kalo udah dekat begini mudah bagi kita sebagai orang tua untuk mengarahkan anak.

“Hei… kamu tuh sok tau banget ya”

“Maaf, saya tidak bermaksud menggurui hanya sekedar berbagi pengalaman saya selama membesarkan Ipi. Saya juga bukan orang tua yang sempurna sehingga pantas utnuk memberi nasehat kepada ayah dan bunda”

“Emang dulu kamu gimana waktu menghadapi anakmu”

Masih teringat jelas di ingatan saya. Ketika Ipi kecil menangis karena meminta sesuatu saya memilih untuk memberinya kesempatan menangis. Dengan tegas saya katakan, “Ipi pengen nangis ya, ya udah nangis aja”. Di lain kesempatan ketika dia menangis lagi dan mulai rewel, saya katakan “Ya udah nangis aja, udah lama nggak nangis kan”. Dan it works, tak ada acara tantrum. Insyaallah sekarang sih Ipi sudah mampu mengendalikan keinginannya.

Saya lebih memilih membiarkan Ipi menangis ketika dia memang ingin menangis. Tangisan yang tertahan justru akan menjadi sebuah gunung es, anak mungkin akan menjadi dingin dan apatis. Menangis juga bukan sebab dia dikatakan lemah dan cengeng. Menangis adalah sebuah kekuatan. Mereka yang memilih menangis daripada mengeluh, bukankah itu sebuah kekuatan apalagi ketika di bawa ke atas sajadah dan dibungkus dengan sebuah doa. Maka biarkanlah anakmu menangis bunda.

Tak ada anak kecil yang senang menangis, kecuali jika ibunya mengatakan “kamu tu hobinya nangis”. Jangan salahkan anak jika mereka suka nangis, lha ibunya sendiri yang kasih hobi nangis sama anaknya. Anak kecil itu fitrahnya suka bermain, senang tertawa dan tersenyum. Coba perhatikan anak kecil berapa kali dia tersenyum dan tertawa atas hal yang mungkin tidak dia mengerti. Semakin dewasa frekuensi tertawa dan tersenyum ini semakin berkurang, maka tugas kita adalah menciptakan suasana yang menyenangkan bagi mereka agar mereka betah di rumah. Buatlah suasana Surga di Rumahmu.

images (16)

Seberkas Cahaya

images (11)

Suasananya tak lagi sama, tak ada lagi  deadline yang membuat diri menjadi terpacu. Sepi benar-benar sepi, kecuali pikiran yang terus saja menari-nari. Ide itu berkeliaran kesana kemari, saling berlompatan agar bisa muncul kepermukaan. Kucoba pejamkan mata mencoba lepas dari rutinitas menulis selama 15 hari terakhir. Semakin kupejamkan semakin terasa gelap yang teramat gelap, kemudian berdatangan titik-titik cahaya yang berhamburan seakan-akan membentuk sebuah kalimat. Ini bukan sebuah mimpi karena sedikitpun belum sempat terlelap apalagi hingga terbuai mimpi.

Tiba-tiba cahaya itu berubah menjadi kilatan cahaya sebuah pedang. Kilauan pedang itu bahkan dari jarak 1 kilometer mampu menciutkan nyali musuh. Sebuah Pedang yang sangat tajam, sehingga nyaris mengenai wajahku. Satu centimeter lagi pedang itu akan menggores wajahku. Ini bukan mimpi karena sedikitpun belum sempat terlelap apalagi hingga terbuai mimpi.

Rangkaian kalimat Agung itu masih terbayang begitu jelas, aku lafalkan pelan dalam hati hingga tak terasa merinding seluruh kulit tubuh membayangkan betapa dahsyatnya kekuatan kalimat ini. Kalimat itu akan kusimpan dalam hati, dan akan kucoba agar terus membersamaiku di kehidupan sehari-hari hingga ajal menjemputku.

Sesungguhnya aku tak pernah mengerti apa yang sedang terjadi.  Yang aku tau, aku adalah seorang yang berupaya untuk terus memperbaiki diri. Aku sadar aku takkan bisa sama seperti kalian, bisa mengenal kalian saja adalah sebuah keberuntungan bagiku. Inilah aku, dengan segala kebodohan dan kesederhanaan pikiranku.

Sesungguhnya aku tak pernah mengerti apa maksud dari semua ini. Yang aku pahami ini adalah skenario  terindah dari Allah untukku. Ini adalah skenario dariNYA dan aku hanya berusaha untuk terus tetap berada di jalanNYA. Ini tentang pertaruhan nyawa yang diawali dari sebuah Doa. Doa ini kemudian menjadi melangit karena ada seorang Ibu yang bersedia berkorban untuk kebahagiaan anaknya.

Mataku mulai terasa berat, bukan karena ngantuk, bukan karena itu. Semakin lama kurasakan bulir-bulir air mata mulai menggenang di kelopak mataku.  Ibu air mataku tak jadi tumpah mengingat betapa banyak dosaku padamu. Ibu sungguh aku tak kuasa ketika kutau engkau begitu berharap banyak padaku, anakmu yang paling bandel. Ibu sungguh aku takut, takut yang teramat sangat.

Ibu, seberapa banyak airmata penyesalanku ku yang tumpah takkan mampu menggantikan airmata ibu. Bahkan airmata darah yang keluar dari kelopak mata ibu saat ibu berjuang melahirkanku ke dunia ini. Ibu maafkan aku.

Ibu engkaulah sahabat sejatiku yang begitu setia menjaga semua rahasia hatiku. Ibu maafkan anakmu ini yang tak pernah mampu mengungkapkan rasa terima kasih untukmu. Aku selalu saja ingin menjadi anak kecil yang manja saat kau ada. Ibu aku belajar sabar darimu, engkau yang selalu sabar menghadapi tingkah lakuku. Ibu semoga Allah selalu menyayangimu.

Don’t Judge a Book by Its Cover

download (3)

Kalo boleh menebak saya yakin bahwa rata-rata pembaca blog saya sudah mengetahui arti atau makna “Don’t Judge The Book By Its Cover”, jika ada yang mendefinisikan secara harfiah maka akan ada pula yang mendefinisikan kalimat tersebut dengan definisi istilah.  Tidak ada yang salah karena setiap orang punya pendapatnya masing-masing. Di artikel ini saya kan membahasnya dengan definisi secara harfiah “Jangan menilai buku hanya lewat sampulnya saja”, begitulah arti secara harfiahnya.

Lantas jika kita tidak boleh menilai buku lewat sampulnya bagaimana kita menilai apakah buku tersebut bagus, bermanfaat, dan layak dibaca kira-kira seperti itulah pertanyaan yang akan muncul setelah membaca paragraf satu di atas. Saat pergi ke toko buku, hal pertama yang menarik perhatian saat memilih sebuah buku tentu membaca judulnya. Judul yang menarik selanjutnya akan membuat pembaca untuk memutuskan membaca saja di tempat ataukah membeli buku tersebut. Banyaknya pilihan ketika ke toko buku tentu akan membuat pusing bagi yang budgetnya minim. Jangan sampailah kecewa gara-gara salah memilih buku.

Saya sendiri saat memutuskan membeli atau tidak, seringnya pilihan jadi gugur saat membaca sinopsisnya. Novel Rindu karya Tere Liye yang best seller itu tak membuat saya tertarik untuk membelinya setelah membaca sinopsisnya, padahal di Grup Kampoeng Kata Kata novel Rindu sempat dipromosikan. Ah biarkan saja mereka memilih novel Rindu, saya akan memilih sendiri novel apa yang akan saya baca. Ada beberapa referensi judul novel Tere Liye yang lain sebenarnya tapi beberapa diantaranya lagi kosong stok.  Satu minggu setelah pergi ke toko buku dan sempat membaca sinopsis novel Rindu, saya malah membuat artikel dengan judul  Rindu yang Terlarang.

Keadaan toko buku malam itu tampak sepi hanya ada beberapa orang pengunjung, seorang bapak dengan anak lelakinya sedang memilih buku di deretan rak Novel, ada juga seorang bapak dengan anak perempuannya yang masuk ke toko saat saya sedang memilih buku yang dipajang di rak best seller, kemudian saya berpikir mungkin ibunya sedang belanja sementara sang bapak mengajak anaknya pergi ke toko buku.  Saya tak memperhatikan mereka lebih lama, buku-buku di depan saya seolah memanggil-manggil saya agar saya bersedia membawa mereka pulang ke rumah. “Pilih saya pilih saya pilih saya”, begitu kali suara hati buku yang merajuk agar saya mau membawa mereka pulang dan membacanya di rumah. Apa yang lebih menyenangkan bagi sebuah buku selain saat ada yang orang yang mau membacanya.

Malam itu 23 April 2015, pertama kalinya saya akan memutuskan membeli  sebuah novel. Saya tak pernah membeli novel karena merasa tak lagi muda dan kurang begitu suka, maka malam itu bagaikan sebuah penentuan bagi saya, menentukan apakah saya akan mulai menyukai novel atau tidak keputusannya ditentukan saat itu. Berkali-kali memilih judul novel tapi kemudian saya letakkan lagi. Mata saya bergerak mencari buku yang akan membuat saya membangun cinta kepada karya sastra yang bernama novel.

Buku itu sampul depannya berlatar belakang sebuah pantai dengan sebatang pohon yang disinari cahaya matahari yang tingginya nampak sejajar dengan tinggi pohon. Saya balik buku itu, mencoba membaca sinopsisnya paragraf pertama dilanjut deretan kata-kata di paragraf berikutnya, kemudian saat membaca awal kalimat di paragraf terakhir, saya berkata dalam hati “nah ini dia buku yang saya cari”. Membaca judulnya saja buku ini sudah sarat makna dan untaian sebuah doa, maka saya putuskan untuk membelinya.

Selain pertimbangan judul dan isi saya memilih juga dengan pertimbangan bahwa novel ini layak dibaca oleh Ipi gadis kecil saya yang baru berusia 9,3 tahun. Si Ipi yang rasa ingin taunya begitu tinggi pasti akan membaca buku yang saya beli begitu tebakan saya malam itu. Benar saja ketika saya sampai di rumah, Ipi begitu antusias membuka pembungkus plastik novel yang saya beli. Ipi juga yang pertama kali membaca novel itu sebelum saya sempat membacanya. Sementara saya karena rasa lelah yang teramat sangat, baru bisa membaca novel itu keesokan harinya.

Novel ini akan menjadi pembuka jalan saya untuk membeli novel-novel berikutnya, seperti ucapan saya pada seorang teman “tolong pilihkan saya sebuah judul novel yang akan membuat saya memutuskan untuk membeli dan membaca novel lagi”. Dan Allah yang menuntun saya untuk membeli novel berjudul “Bidadari Bidadari Surga”

11185815_493820134104610_345887482_n

Sang Pemenang

images

Entah sejak kapan tepatnya saya rada alergi dengan lagu-lagu melankolis. Lirik musik yang syahdu bahkan kadang menyayat kalbu yang dulu jadi teman pelipur lara kini tak lagi kusuka. Lagu melankolis itu malah membuat hati makin nggak karuan.

Ah…. ya ya ya… saya ingat saya berusaha menghindari lagu mellow sejak baca buku Ippho Santosa 7 Keajaiban Rejeki kira-kira tahun 2012an lumayan lama juga ya, dan baru-baru ini  hasrat menghindari lagu mellow semakin dalam. Buku 7 Keajaiban Rejeki, dilengkapi dengan CD musik, dan musik itu yang sering saya putar untuk membangkitkan semangat.

Lagu yang paling saya suka di album itu adalah lagu yang berjudul “Sang Pemenang”. Lewat liriknya mindset kita dilatih agar menjadi seorang pemenang. “Aku terlahir tuk jadi pemenang takkan pernah berpikir tuk jadi pecundang” begitu awal lirik lagu sang pemenang. Musik dan liriknya begitu rancak adan penuh semangat.

Kalo tak percaya coba aja rasakan perbedaannya setelah mendengarkan lagu mellow dan lagu penuh semangat. Lagu penuh semangat bisa menaikkan kadar positif dalam diri kita bahkan bisa lebih dari 1000%. Itu yang mesti ditanamkan di pikiran bawah sadar kita, bahwa Allah menciptakan kita unik dengan segala kelebihan dan kekurangan kita. Tinggal kitanya yang mau fokus untuk mengembangkan kelebihan kita atau terpuruk dengan kekurangan yang ada.

 

C’mon nobody perfect… open your mind (sambil nunjuk hidung sendiri). Wake up, your bright future in front of your eyes. Your dream will come true. Believe in Allah, Allah will accept your Doa. 

Saat menulis artikel ini saya harus berjuang agar tetap semangat dan berperang dengan background lagu mellow yang mendayu-dayu. Mau request lagu rasanya tak mungkin, saya lagi di Aula menunggu acara Bintek dimulai. Kalo lagi di kantor biasanya saya request sama teman-teman agar pilih lagu yg penuh semangat.

Disamping lagu Sang Pemenang ada lagi lagu yang bagus dan menggugah. Lagu itu berjudul “Muhammad sebagai Pedagang”. Lirik lagunya berupa ajakan agar kita mengikuti jejak beliau menjadi seorang pedagang yang jujur. Konon 9 dari 10 pintu rejeki adalah Perdagangan. Maka berdagang adalah cara yang efektif untuk mencari rejeki yang halal dan berkah.

Yaelah… tiba-tiba lagunya berubah jadi lagu Perjuangan akang Rhoma Irama. Nggak ada yang namanya kebetulan saya percaya itu. Ah ini lagu seakan-akan ngecein saya, sayangnya saya nggak suka Rhoma Irama.

Woiii don’t be so sensitive.

Xixixi…fokus lagi yuk. Eh… emang bener hidup itu perjuangan, perjuangan mencari jalan kebenaran.

Saya sudahi dulu ya, saya mau fokus ngikuti acara penutupan Bintek hari ini. Sebentar lagi teman-teman datang, dan sebagai tuan rumah saya harus pasang senyum semanis dan seramah mungkin. Okey see you in next artikel.

Rindu yang Terlarang

Menunggu adalah  sesuatu yang perlu sedikit kesabaran untuk bisa dijalani, apalagi harus menunggu di depan rumah sendiri karena nggak ada pintu terbuka. Mommy cepat pulang, I’m waiting for you. Duduk di bawah pohon kersen ditemani sepiring gorengan yang baru diangkat dari penggorengan sehingga belum bisa dimakan karena panasnya bisa bikin lidah mati rasa.

Hidup itu harus dinikmati apapun keadaannya. Sambil menunggu gorengan menghangat kita mulai saja petualangan kita di dunia bebaca.

***

Hari ini cuaca mendung seharian beneran “berasa suasana Malang” begitu teman saya menggambarkan betapa sejuknya cuaca hari ini. Kulihat langit putih sedikit abu-abu menandakan mendung yang merata di wilayah Kota Bangkalan.

“Mbak… saya baca terus lho artikel mbak” Ucapnya padaku dengan penuh antusias.

“Oya, wah terima kasih. Trus gimana bu?” Dalam hati saya merasa senang karena ada yang mau baca, apalagi saya termasuk pemula dalam dunia penulisan artikel.

“Waktu itu jam 11 buka FB, pas mbak Ria posting  jadi langsung dibaca artikelnya. Trus waktu subuh buka FB eh… artikel mbak Ria juga yang muncul pertama, langsung dibaca lagi deh. Saya baca terus lho mbak artikelnya dari awal, bahkan kadang malah sampai 2 kali jika ada yang belum dimengerti. Kalo mau tidur saya sempatkan baca artikel mbak Ria” Ceritanya panjang lebar padaku.

Ya Allah betapa bahagianya saya hari ini, engkau kirimkan seorang teman yang mau berbagi dengan saya. Lagu-lagu mellow yang sedari tadi mengusik hati langsung berubah menjadi sebuah semangat baru.

Saya mendesaknya untuk bercerita lebih jauh tentang kesannya setelah membaca tulisan saya “Ayo dong kasih saran, gimana artikel saya”. Saya butuh masukan, kritikan sebagai bahan bagi saya untuk bisa mengembangkan ide menjadi sesuatu yang lebih menarik lagi. “Ceritakan saja apa adanya” imbuhku.

“Ibaratnya sebuah rumah, tulisan mbak Ria itu sudah lengkap ada pondasinya, ada lantainya, ada temboknya ada atapnya, yang kurang itu apanya ya…. Itu lho mbak tulisannya kurang indah, kurang hiasannya. Maaf lho mbak.”

“Nggak apa kok bu, cerita aja saya senang kok ada yang mau kasih masukan.”

Dengan sedikit perasaan tak enak takut saya tersinggung beliau menyampaikan dengan nada bicara blak-blakan dan apa adanya “Maaf ni mbak, saya sendiri belum bisa nulis. Tapi saya merasa tulisan mbak Ria itu mudah ditebak bercerita tentang keseharian. Tulisan mbak Ria itu nggak jelas mana klimaksnya, apa pakai flashback atau alur yang awalnya datar terus naik dan berakhir datar. Saya suka cerita yang misteri gitu mbak, yang bikin bertanya-tanya gimana akhir ceritanya”

Saya yang sudah mengenalnya selama 2 tahun terakhir ini ya nggak ada masalah dengan sikap dan gaya beliau yang ceplas ceplos. Andai nggak ada sekat jabatan diantara kami tentu saya akan panggil dia dengan Mbak aja daripada Ibu. “Gitu ya” tanggapan singkat saya atas masukannya.

“Iya. Eh tapi jangan lantas karena masukan dari saya mbak terus berubah. Mungkin sayanya aja yang kurang bisa memahami maksud tulisan mbak Ria”

“He… Tenang aja saya akan tetap seperti apa adanya saya. Kalo soal tulisan emang itu punya maksud jangka panjang bu. Awalnya sih cuma ikutan tantangan nulis selama 15 hari berturut-turut, dan artikelnya harus 350 kata, jadi ya biar genap ceritanya ditambah sana sini” Sambil tersenyum saya berusaha meyakinkan bahwa I just want to be my own self. This is me with my simple think.

Cerita masih berlanjut,

“Saya kan kenal mbak Ria, saya merasa tulisan mbak Ria itu sama sekali nggak seperti Mbak Ria sehari-hari. Beneran nggak nampak dalam keseharian mbak Ria. Lewat tulisan itu saya baru tau kalo mbak Ria senang membaca. Mbak Ria lebih kuat di tulisan daripada aslinya.”

Untuk yang terakhir ini saya nggak tau harus senang atau bahagia. You are my best friend madam, I’ll be ears when you start to tell about my article or when you wanna share your problem, I’ll try to be there for you.

images (11)

Saya mengganggap Ibu lebih dari sekedar teman baik, ketika ibu berkata “Mbak Ria saya nggak peduli masa lalu mbak Ria, Saya hanya tau mbak Ria sekarang seperti ini, seperti yang saya lihat sejak pertama kenal mbak Ria.”

Lagu itu terngiang kembali…

Ku puisikan rinduku untukmu

Kuharap tiada seorangpun tau

Biar kupendam sudah…  biar kusimpan semua…, terlarang sudah rinduku padamu

Ibu, saya rindu ketika lama kita tak bertemu, saya rindu cerita-cerita itu. Rindu kebersamaan itu. Rindu gelak tawa yang tercipta karena kekonyolan kita. Saya nggak punya kakak perempuan, ijinkan saya menganggap Ibu sebagai kakak saya.

Mind, Heart and Feel

Malam ini jari-jariku terasa kaku, ah masa ini pertanda saya kena asam urat. Hush… saya kan masih muda masa iya kena asam urat. Jari-jari yang kaku itu cuman istilah saya aja ketika keinginan untuk menulis terasa begitu berat. Kebanyakan stand by di sosmed nih, atao kebanyakan ide jadi bingung mana yang akan dieksekusi.

Emm, soal ide bisa jadi iya. Ide yang banyak tanpa didukung oleh informasi dan data yang akurat malah akan membuat semua berasa sia-sia karena tak ada yang bisa di realisasikan dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Beda dengan satu ide kecil tapi diseriusi, dikembangkan, diberi sedikit bumbu dan intrik sederhana, bisa jadi sebuah tulisan yang mengesankan.

Wah… kacau ni 2 paragraf yang udah jadi terpaksa dihapus karena berpotensi ada kesalahpahaman persepsi. Yaelah sifat perfeksionis saya kambuh lagi. Padahal udah lama saya kesampingkan dan tak pernah diperhatikan. Bahaya nih, kalo sifat ini dipelihara bisa-bisa saya bakalan berhenti untuk nulis.

Stop-stop, tarik nafas … santai dulu, ambil camilan mulai makan dan pelan-pelan lanjutkan lagi tulisannya. Okey… Cut dulu ya.

***

I’m back… Oh no, waktu santai yang harusnya benar-benar rileks malah menambah masalah baru. Hari ini kacau banget, overdosis adrenalin, ampun dah. Duhai pikiran, hati, dan perasaan kalian yang akur dulu ya kasihan ni si body udah remuk redam.

Wahai akal, kendalikanlah dirimu supaya tulisan ini jadi masuk akal. Berpikirlah dan gunakan logikamu.

Wahai hati, malam ini kamu harus benar-benar jaga hati ya. Nggak boleh main hati. Tutup semua kemungkinan yang akan membuat dirimu sakit hati.

Wahai perasaan, jangan ikut-ikut ya biar semua bisa dikendalikan oleh akal secara jernih.

Wahai my body, saya tau kamu kuat kok. Sabar ya, sebentar lagi semuanya kelar. Jum’at depan kan weekend, kita senang-senang sama-sama ya, kita refreshing melepas penat kita.

Wahai mata, Jaga mata ya. Belajarlah untuk melihat segala sesuatu dengan mata hati. Lanjutkan diet media TV dan surat kabar sebelum kamu mampu memilah informasi secara tepat guna.

Wahai jari jemari, bukankah biasanya kamu teramat lincah menari diatas tuts keyboard ini. Bukankah tadi siang panggung tempatmu unjuk jari udah dibersihkan dari debu-debu yang bisa mengganggu kinerjamu. Ayo kita kerjasama lagi, berbagi hal simple siapa tau kita bisa sedikit memberi arti.

Duhai diriku, ini dunia nyata. Kamu bukanlah Rapunzel yang kekuatannya di rambut. Ini bukan negeri dongeng dimana ketika rambut Rapunzel dipotong untuk menyelamatkan seseorang maka kekuatan dirimu ikut terbuang. Percayalah kamu sesuatu yang spesial. Allah menciptakan dirimu dengan potensi yang besar, jadi manfaatkan potensi itu sebagai wujud syukurmu atas karunia akal dan pikiran yang sehat.

images (3)

Yeaaay… We did It. Alhamdulilah, kalian tim yang kompak. Well done udah lebih dari 350 kata. Now time to sleep and make a sweet dream as a reward to be a good team. Tomorrow we will grow up together as a professional team. Good Job…

#Mind #Heart #Feel #GoodTeam #SweetDream

Cireng Keju Bule

khas-bandung-krauk-keju-bule-27

Jam menunjukkan pukul 7 pagi, tapi matahari serasa enggan beranjak dari peraduannya. Pagi ini begitu dingin, hawanya dingin hingga serasa ada di puncak Batu Malang. Jaket yang sudah dipakai dari rumahpun belum mampu menahan dingin pagi ini, dinginnya masih terasa menembus kulit. Yang terakhir ini sih bukan salah jaketnya, karena konon orang kurus kurang tahan terhadap cuaca dingin beda dengan mereka yang berbadan gemuk.   😀

 

Pagi ini ditemani sebungkus cireng hangat rasa keju, saya memulai mengetik untuk menuangkan ide yang ada di pikiran. Cireng, jajanan yang berasal dari kulit pangsit yang diberi isian lalu kemudian digoreng ini, lumayan juga sebagai penganjal perut yang belum diisi sarapan pagi. Dulu ketika kecil rasanya di Bangkalan tak ada jajanan bernama Cireng.

 

Entah darimana asal jajanan Cireng ini. Kalo dilihat dari rombong penjualnya sepertinya si akang Cireng ini dari Bandung dan seorang Viking alias fansnya Persib Bandung. Di Alun-alun kota Bangkalan ada beberapa penjual cireng dan rombong jualan mereka diberi stiker Persib Bandung 1933. Apakah lantas jika penjualnya orang Bandung maka bisa ditarik kesimpulan bahwa Cireng ini makanan khas Bandung, bisa jadi iya bisa juga tidak. Ini mah hanya dugaan sementara karena saya pun tak pernah memberanikan diri untuk bertanya.

 

Saya mengenal Cireng dari si ipi. Ipi yang ngajakin untuk beli Cireng saat latihan silat yang kebetulan tempat latihannya berada di samping timur Alun-alun kota Bangkalan yang tak jauh dari si akang penjual Cireng mangkal sebagai pedagang kaki lima. Si ipi ini kadang kalo mau latihan kasih syarat  ntar belikan Jajan lho Bunda. Ya, agar dia mau latihan silat mau tidak mau ya dibelikan juga lagian harganya murah cuman seribu untuk 1 lembar Cireng.

 

Ada yang unik dari stiker yang ditempel di rombong penjual Cireng itu. Stiker itu bertuliskan “Dari Madura Satukan Hati untuk Persib”, para penjual Cireng ini fans Persib sehingga dimanapun mereka berada Persib yang ada di hatinya. Ah, sekali lagi ini hanya analisa sok tau saya aja tak usah diambil pusing. Bisa jadi mereka cinta kota kelahirannya sehingga mereka pun cinta terhadap klub sepakbola yang ada di kotanya. Bisa juga mereka adalah pendatang yang lama tinggal di Bandung dan mulai menyukai Persib.

***

 

Pukul 20.00 Laptop dihidupin, lanjutin cerita Cireng yang tadi pagi terpaksa harus dihentikan karena Ipi dah selesai  latihan dan saya pun ada urusan lembur di kantor. Teringat si Cireng maka saya putuskan untuk mencari tau benarkah Cireng jajanan dari Bandung. Supaya asumsi saya bisa dipertanggung jawabkan.

 

Lingkaran dengan inti biru yang dikelilingi 3 warna, merah, kuning dan hijau jadi rujukan buat cari informasi tentang Cireng. Ketik kata kunci ‘Asal mula jajan cireng’, tarara… keluarlah sederetan website yang menyajikan informasi mengenai Cireng.

 

Mata mulai bergerak ke atas ke bawah menelusuri deretan nama-nama website. Dan yang beruntung saya kunjungi pertama adalah www.cirengkamsia.com selamat ya, udah dipromosiin di Kampoeng Kata Kata. Cireng Kamsia ini membuat Cireng menjadi jajanan kualitas premium. Buat teman-teman yang domisili Bandung silahkan dicoba dan ceritakan pada saya gimana rasa Cireng di Kandang Cireng, terutama bagaimana rasanya cireng keju bule 😛

 

What a wonderful thing, asumsi saya bahwa cireng ini jajanan khas dari Bandung ternyata mendekati benar. Berikut penjelasan singkat tentang Cireng.

Cireng (singkatan dari aci gorengbahasa Sunda untuk ‘tepung kanji goreng’) adalah makanan ringan yang berasal dari daerah Sundayang dibuat dengan cara menggoreng campuran adonan yang berbahan utama tepung kanji atau tapioka. Makanan ringan ini sangat populer di daerah Priangan, dan dijual dalam berbagai bentuk dan variasi rasa. Makanan ini cukup terkenal pada era 80-an. Bahan makanan ini antara lain terdiri dari tepung kanji, tepung terigu, air, merica bubuk, garam, bawang putih, kedelai, daun bawang dan minyak goreng. Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Cireng

 

Jika ada yang menanyakan kenapa saya sebut mendekati benar, ya karena di wikipedia menyebutkan bahwa  Artikel ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. Bantu perbaiki artikel ini dengan menambahkan referensi yang layak. Ayo siapa yang mau bantu kasih sumber artikel yang jelas mengenai Cireng.

 

“Woiii kenapa kamu berpolemik soal Cireng sih. Kasih info itu harus jelas.”

“Waduuuh, kamu kok muncul lagi. Bukannya dah lama ngilang. Hayooo kangen ya sama tulisanku”

“Ngomong gitu sekali lagi gue jitak baru tau rasa lu”

“Apa-apaan sih, kok kasar banget ngomongnya. Gak sopan lah. Yang baca artikel ini kan banyak jadi usahakan yang sopan ya”

“Oke, aku minta maaf. Udah lanjutin sana nulis artikelnya” 🙂

“Siap siap. Eh, barusan aku ngintip KBBI pemakaian kata Polemik itu ketinggian. Polemik itu kebanyakan digunakan oleh mereka yang suka berpolitik. Emmm, jangan-jangan kamu …. ?” 😛

“Udah sana jangan sok tau”

“Kalo merasa berarti Intuisiku benar nih. He…”

“Kamu tu cerewet juga ternyata. Udah sana lanjutin ngetiknya”

“Wkwkwk… baru tau ya kalo aku cerewet. Lha sapa coba tadi yang ganggu duluan. Aku lanjutin nih, jangan diganggu lho ya”

“Iya udah sana lanjutin” 😀

 

Berikut info yang saya ambil dari Kandang Cireng

“Cireng Kamsia terbentuk dari adanya dorongan untuk dapat mengembangkan potensi kuliner ataupun jajanan khas di Indonesia. Berdomisili di kota Bandung, maka Cireng sebagai kuliner khas kota Bandung dijadikan langkah awal bagi Cireng Kamsia untuk berinovasi meningkatkan nilai sebuah produk tradisional sehingga menjadi produk yang memiliki daya tarik yang tinggi di masyarakat.”

 

Web Cireng Kamsia  www.cirengkamsia.com ini bisa dijadikan referensi yang layak tentang Cireng sebagai kuliner khas kota Bandung. 

Apa yang dapat disimpulkan dari artikel ini. Berasumsi itu sah saja, akan tetapi lebih baik jika langsung ditanyakan kepada sumber yang terpercaya. Sebelum mengambil kesimpulan hendaknya melihat dari beberapa sumber informasi. Saat ini begitu banyak informasi bertebaran di dunia maya baik yang terpercaya ataupun yang hanya menebar fitnah. So, bijaklah dalam mencari informasi, jangan mudah terpancing, stay cool and stay calm. 😉

 

 

#Cireng #CirengKamsia #Kuliner #Jajanan #MakananKhasBandung