Don’t Judge a Book by Its Cover

download (3)

Kalo boleh menebak saya yakin bahwa rata-rata pembaca blog saya sudah mengetahui arti atau makna “Don’t Judge The Book By Its Cover”, jika ada yang mendefinisikan secara harfiah maka akan ada pula yang mendefinisikan kalimat tersebut dengan definisi istilah.  Tidak ada yang salah karena setiap orang punya pendapatnya masing-masing. Di artikel ini saya kan membahasnya dengan definisi secara harfiah “Jangan menilai buku hanya lewat sampulnya saja”, begitulah arti secara harfiahnya.

Lantas jika kita tidak boleh menilai buku lewat sampulnya bagaimana kita menilai apakah buku tersebut bagus, bermanfaat, dan layak dibaca kira-kira seperti itulah pertanyaan yang akan muncul setelah membaca paragraf satu di atas. Saat pergi ke toko buku, hal pertama yang menarik perhatian saat memilih sebuah buku tentu membaca judulnya. Judul yang menarik selanjutnya akan membuat pembaca untuk memutuskan membaca saja di tempat ataukah membeli buku tersebut. Banyaknya pilihan ketika ke toko buku tentu akan membuat pusing bagi yang budgetnya minim. Jangan sampailah kecewa gara-gara salah memilih buku.

Saya sendiri saat memutuskan membeli atau tidak, seringnya pilihan jadi gugur saat membaca sinopsisnya. Novel Rindu karya Tere Liye yang best seller itu tak membuat saya tertarik untuk membelinya setelah membaca sinopsisnya, padahal di Grup Kampoeng Kata Kata novel Rindu sempat dipromosikan. Ah biarkan saja mereka memilih novel Rindu, saya akan memilih sendiri novel apa yang akan saya baca. Ada beberapa referensi judul novel Tere Liye yang lain sebenarnya tapi beberapa diantaranya lagi kosong stok.  Satu minggu setelah pergi ke toko buku dan sempat membaca sinopsis novel Rindu, saya malah membuat artikel dengan judul  Rindu yang Terlarang.

Keadaan toko buku malam itu tampak sepi hanya ada beberapa orang pengunjung, seorang bapak dengan anak lelakinya sedang memilih buku di deretan rak Novel, ada juga seorang bapak dengan anak perempuannya yang masuk ke toko saat saya sedang memilih buku yang dipajang di rak best seller, kemudian saya berpikir mungkin ibunya sedang belanja sementara sang bapak mengajak anaknya pergi ke toko buku.  Saya tak memperhatikan mereka lebih lama, buku-buku di depan saya seolah memanggil-manggil saya agar saya bersedia membawa mereka pulang ke rumah. “Pilih saya pilih saya pilih saya”, begitu kali suara hati buku yang merajuk agar saya mau membawa mereka pulang dan membacanya di rumah. Apa yang lebih menyenangkan bagi sebuah buku selain saat ada yang orang yang mau membacanya.

Malam itu 23 April 2015, pertama kalinya saya akan memutuskan membeli  sebuah novel. Saya tak pernah membeli novel karena merasa tak lagi muda dan kurang begitu suka, maka malam itu bagaikan sebuah penentuan bagi saya, menentukan apakah saya akan mulai menyukai novel atau tidak keputusannya ditentukan saat itu. Berkali-kali memilih judul novel tapi kemudian saya letakkan lagi. Mata saya bergerak mencari buku yang akan membuat saya membangun cinta kepada karya sastra yang bernama novel.

Buku itu sampul depannya berlatar belakang sebuah pantai dengan sebatang pohon yang disinari cahaya matahari yang tingginya nampak sejajar dengan tinggi pohon. Saya balik buku itu, mencoba membaca sinopsisnya paragraf pertama dilanjut deretan kata-kata di paragraf berikutnya, kemudian saat membaca awal kalimat di paragraf terakhir, saya berkata dalam hati “nah ini dia buku yang saya cari”. Membaca judulnya saja buku ini sudah sarat makna dan untaian sebuah doa, maka saya putuskan untuk membelinya.

Selain pertimbangan judul dan isi saya memilih juga dengan pertimbangan bahwa novel ini layak dibaca oleh Ipi gadis kecil saya yang baru berusia 9,3 tahun. Si Ipi yang rasa ingin taunya begitu tinggi pasti akan membaca buku yang saya beli begitu tebakan saya malam itu. Benar saja ketika saya sampai di rumah, Ipi begitu antusias membuka pembungkus plastik novel yang saya beli. Ipi juga yang pertama kali membaca novel itu sebelum saya sempat membacanya. Sementara saya karena rasa lelah yang teramat sangat, baru bisa membaca novel itu keesokan harinya.

Novel ini akan menjadi pembuka jalan saya untuk membeli novel-novel berikutnya, seperti ucapan saya pada seorang teman “tolong pilihkan saya sebuah judul novel yang akan membuat saya memutuskan untuk membeli dan membaca novel lagi”. Dan Allah yang menuntun saya untuk membeli novel berjudul “Bidadari Bidadari Surga”

11185815_493820134104610_345887482_n

Cinta untuk Mama

Di sudut kamar itu seorang wanita terduduk lesu, kakinya dilipat hingga menyentuh dadanya. Kepalanya tertunduk menempel di atas lutut, matanya memanas seolah akan mengeluarkan bulir-bulir air mata. Sesekali ia pejamkan mata mengingat kembali semua kisah hidupnya. Tak berapa lama kemudian air mata itu mulai menetes melewati sudut matanya yang sendu. Air mata itu perlahan menjalari pipinya hingga menetes melewati dagunya.

Dari ruang sebelah terdengar suara malaikat kecil yang berteriak seolah mengerti benar akan kegundahan mamanya. “Mama-mama lihat ni, lihat ada tulisan Kun Fayakuun” Gadis kecil berusia 6 tahun berlari kecil menuju kamar mamanya sambil membawa sebuah buku kecil ditangannya. Tak ingin gadis kecilnya mengetahui bahwa mamanya menangis, segera dia seka air matanya itu. Dikembangkannya seutas senyum dari wajahnya yang mulai nampak kerutan-kerutan halus di pelipis matanya menandakan dia bukanlah seorang wanita muda lagi.

“Mama lihat ni, ada tulisan Kun Fayakuun” disodorkannya buku itu pada mamanya

“Oh iya, benar nak” makasih sayang. Sang mama terdiam menyaksikan keajaiban sore itu. Di saat dia sedang berputus asa, Allah kirimkan seorang malaikat kecil untuknya. Malaikat berupa gadis kecil yang membawa pesan bahwa nggak ada yang mustahil, jika Allah sudah berkehendak Jadi maka Jadilah.

Cinta itu sederhana, ketika sang anak memberi nasehat pada orang tuanya karena cinta

Cinta itu sederhana, ketika ia mampu mengingatkan kita akan kuasa Allah

Cinta itu sederhana, ketika ia mampu mendekatkan kita pada Sang Pencipta

***

Di hari yang lain gadis kecil ini mendendangkan sebuah lagu berjudul Cinta untuk Mama.

Apa yang bisa kuberikan untuk mama …, untuk mama … tersayang

Tak kupunyai sesuatu berharga untuk mama… tercinta

Hanya ini kunyanyikan …, senandung dari hatiku untuk mama …

Hanya sebuah lagu sederhana …, lagu cintaku … untuk mama …

Pulang sekolah gadis itu menyanyikan lirik lagu  Cinta untuk Mama. “Mama tolong carikan lagu cinta untuk mama ya, tadi aku diajarin lagu itu sama bu guru” rengeknya manja pada mamanya.

Sang mama mencoba mencari lagu tersebut via smartphone. Tak butuh waktu lama untuk mendownload lagu yang diminta gadis kecilnya. Sang mama dan gadis kecil itupun menyanyikan lagu itu berdua. Keharuan menyelimuti perasaan sang mama, gadis kecilnya berusaha menunjukkan cintanya pada sang mama lewat sebuah lagu sederhana.

Cinta itu sederhana, tak perlu diungkapkan dengan sesuatu yang mewah

Cinta itu sederhana, seperti cinta anak pada ibunya

Cinta itu sederhana, kadang ia tak terungkap tapi terucap lewat doa ibu kepada anaknya

***

“Mama, tadi aku nangis di sekolah” gadis kecil itu bercerita pada mamanya.

“Kenapa sayang kok nangis” tanya sang mama penasaran, tumben gadis kecilnya ini cerita kalo menangis di sekolah.

“Tadi bu guru cerita kalo ada anak SD yang hafal juz 30 terus waktu wisuda anak SD itu ngasih mahkota sama ibunya. Trus aku nangis ma, aku pengen seperti dia ma. Aku pengen makein mahkota juga buat mama” gadis kecil itu bercerita panjang lebar pada mamanya.

“Semoga kamu juga bisa menjadi penghafal Al Qur’an seperti dia, sayang” Sang mama terharu mendengar cerita gadis kecilnya yang mulai beranjak besar. Gadis kecilnya sudah bisa menumbuhkan motivasi dari dalam dirinya sendiri. Gadis kecil itu ingin menjadi penghafal Al-Qur’an seperti keinginan mamanya yang selalu disampaikannya pada gadis kecil itu.

Cinta itu sederhana, ketika sang anak ingin sekali membahagiakan ibunya

Cinta itu sederhana, ketika sang ibu berjuang untuk kebahagiaan anaknya

Cinta itu sederhana, jika ada keberkahan di dalamnya

***

Sebungkus permen coklat tergeletak di atas meja. Jam sudah menujukkan pukul 7, saatnya segera berangkat  karena sudah siang dan pastilah terlambat. Tetiba terdengar suara wanita itu “Ini permennya siapa (sambil menunjuk permen yang ada di meja), buat mama ya”

“Permenku ma, kemarin aku beli di sekolah. Jangan diambil ma. Kalo mama mau nanti aku belikan” Ucap gadis kecil itu

“Iya, ni belum mama makan kok permennya. Mama ntar belikan ya” jawab sang mama pada gadis kecilnya

“iya ma” gadis kecil menjawab dengan semangat

Hari itu sang mama ada acara di luar kota sehingga mereka tak bisa bertemu saat maghrib tiba. Gadis kecil itu tak sabar untuk bercerita pada sang mama. Diambilnya handphone neneknya kemudian dia cari nomer mamanya. Diseberang sana terdengar suara handphone berdering.

“Halo assalamualaikum”

“Walaikum salam ma”

“Ada apa nak”

“Mama sudah sholat maghrib?”

“Iya sudah nak, kamu sendiri sudah sholat ya?”

“Iya sudah Ma. Ma… aku udah dapat permennya.”

“Beli berapa nak?”

“Dapat 2 ma”

“Kok cuma 2 nak”

“Iya tadi aku mau beli dah habis permennya. Ini dapat hadiah permen dari bu guru 2, karena aku jawab soal Al-Islam tadi. Buat Mama 1 buat aku 1 permennya. Mama kapan pulang?”

“Ooo… ya udah nanti satu-satu permennya. Ntar lagi mama pulang kok”

“Ya sudah Ma, Assalamualaikum”

“Waalaikum salam”

Bahagia itu sederhana, seperti saat gadis kecil itu berbagi sebungkus permen untuk mamanya. Bahagia itu sederhana karena tak ada alasan untuk tidak bahagia. Bahagia itu selalu sederhana manakala kita selalu bersyukur padaNya.

***

Cinta itu sederhana, sesederhana cerita-cerita pendek diatas

Cinta itu sederhana, sesederhana ungkapan cinta sang anak pada ibunya

Cinta anak pada ibunya itu cinta yang menguatkan, sementara

Doa ibu pada anaknya adalah kekuatan yang mampu mengubah mimpi jadi nyata

Cintai ibumu selagi dia masih bersamamu di dunia ini.

kata-mutiara-untuk-cinta-seorang-ibu2

#CintaMama #Mother’sLove #Mother #Love #Semangat #Sederhana #Happy #NoteforMySelf

STAY POSITIVE

Menjadi positif itu mudah, semudah kita mengajak pikiran kita untuk positif. Saya sendiri berusaha untuk tetap positif dengan cara menjaga apa yang saya baca dan saya lihat. Berusaha agar apa yang masuk dalam pikiran adalah sesuatu yang bermanfaat bagi diri saya. Mengurangi baca berita kriminal, mengurangi nonton TV adalah sebagian cara saya untuk tetap stay positive. Untuk urusan pertemanan pun saya berusaha memilih yang sedapat mungkin statusnya hal-hal yang positif, jadi ketika diantara mereka ada yang pasang status galau, status GJ, saya berhenti untuk mengikuti status mereka, sebuah cara yang simpel tanpa harus mengunfriend.

 

Kejadian 1

Kemarin saya benar-benar dihadapkan pada sebuah keadaan yang memaksa saya harus berusaha sedikit lebih kuat menjaga pikiran saya agar tetap jernih. Kemarin saya marah, alhasil sempat terlibat adu argumen dengan teman saya. Dan saya akui saya kalah, saya gagal mengendalikan emosi saya. Dan hanya penyesalan yang saya dapatkan karena saya memilih untuk membantah ucapannya yang saya rasa gak masuk akal.

 

Sebut saja namanya En. En ini adalah target yang ingin saya ubah mindsetnya, secara En ini adalah pendukung Jokowi. Saya tak ingin menjelaskan lebih jauh siapa En, karena walau bagaimanapun dia dengan segala sifatnya masih punya kesempatan untuk berubah selagi nyawa masih melekat di raga. Sama seperti saya yang selalu berharap diberi jalan untuk bisa memperbaiki diri begitupula harapan saya pada En.

 

Kejadian 2

Saya termasuk orang yang senang mendengarkan cerita orang lain. Ceritakanlah apa saja yang menarik bagi saya, maka saya akan menjadi pendengar setia, hingga kalian akan mengira saya seorang yang pendiam. Sebaliknya ketika kalian hanya diam saja, maka saya yang akan berubah menjadi cerewet dengan bercerita hal yang mungkin sepele bagi kalian tapi menarik bagi saya.

 

Masalah jadi berbeda ketika yang dia ceritakan isinya keluhan semua. Oh no, saya bukan keranjang sampah. Bolehlah curhat sama saya, ceritakan apa masalahmu asal jangan semua hal kecil kamu jadikan keluhan. Please ya, kamu udah aku anggap adik sendiri jadi ubahlah sifatmu itu. Saya ikut kelas MTM salah satunya karena kamu. Saya sayang kamu seperti adik saya sendiri. Saya kasihan ketika kamu dijauhi, tapi saya belum bisa berbuat banyak selain ikutan sedikit menjauhimu agar saya bisa menenangkan pikiran saya. Apalagi kau masih saja membela Jokowi. Kenapa saya harus berurusan dengan para jokowers ya.

 

Kejadian 3

Yang terakhir ini murni kesalahan saya. Saya melanggar apa yang sudah saya tetapkan sendiri yaitu untuk membaca bacaan yang membuat pikiran saya tetap positif. Akibatnya bisa ditebak ketika saya membaca postingan teman saya mulailah saya kepikiran. Kadar kepositifan pikiran saya ngedrop seketika.

 

Huft, kenapa juga mesti dibaca udah tau filter pikirannya belum begitu kuat masih saja maksa baca bacaan yang belum bisa dicerna dengan akal sehat. Saya menjadi galau, memikirkan semua hal yang sudah saya lakukan. Tentang tulisan-tulisan saya, adakah tulisan itu mendatangkan kebaikan, apakah tulisan itu tidak menyinggung orang lain, apakah aktifitas menulis ini akan terus saya lanjutkan, itu sederet pertanyaan yang muncul di kepala. Apalagi sejak saya berani memposting hanya sekedar cerita, mulailah saya kepikiran apa konsekuensi atas tulisan itu.

***

C’mon wake up dong. Buang semua pikiran buruk itu, bukankah kamu sendiri yang pernah menulis I can. Jadi buatlah semua pikiranmu menjadi positif. Tebarkanlah virus positif itu. Ayolah namamu Ria kan, kalau kamu galau namamu perlu di ganti jadi Gery deh. Gery temannya Sponge Bob Square Pants yang suka galau 😀 .  Ayo pilih mana dipanggil Ria atau Gery.

 

Oke-oke panggil saya Ria. Saya bisa bahagia tanpa suatu alasan. Stay positive and be happy for no reason. Tetaplah berpikir positif apapun keadaannya. Jika pikiranmu positif maka positif pula hidupmu. Menjadi positif adalah wujud rasa syukur kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberinya. And One More Time, “Stay Positive”

 

#happy #staypositive #positifthinking #syukur #bahagia

Hanya Sekedar Cerita

Baru kali ini mencoba menulis sesuatu yang tak biasa di tempat yang tak biasa. Menjadi tak biasa karena biasanya di tempat ini hanya duduk sambil pegang gadget baca status dan browsing kesana-kemari. Malam ini urusan menulis, saya kerjakan di sela-sela menunggu si ipi latihan silat.

 

Sayang malam ini tak ada bulan, andaikata ada tentu kalimat pembukanya akan berbunyi “Di bawah sinar rembulan yang nampak malu-malu bersembunyi di balik malam, ku tuliskan kisah ini hanya sebagai sebuah cerita”. Berhubung langit gelap dan tak ada bintang jadi openingnya,  ya gitu deh.

 

Semalam di Twitter ada yang meretweet tweet nya @anismatta  presiden PKS. Salah satu tweetnya berbunyi bahwa beliau minta saran dan masukan bagaimana agar PKS ke depan bisa lebih baik. Kemudian saya berpikir, bagaimana kalau topik ini saja yang saya angkat jadi tulisan. Bukankah pileg kemarin saya memilih PKS, apa salahnya kalo saya sedikit bercerita.

***

Ini kisah saya dan PKS

Awal mula kenal lewat seorang teman yang update DP BBM bergambar PKS, sebut saja namanya De. Ceritanya teman saya didatangi orang PKS yang menyebarkan kartu bergambar calon anggota legislatif dari PKS. Salah seorang anggota keluarganya rupanya ada yang orang PKS.

 

Saat di dunia maya beredar gambar grafik tentang parpol yang terlibat korupsi, saya mengetahui bahwa PKS termasuk partai yang bersih alias tingkat korupsinya paling rendah. Maka saya pun mulai memantapkan hati, bahwa ini akan jadi pilihan saya. Saya pun mulai mengajak yang lain, pasang DP grafik korupsi itu hingga status agar memilih yang terbukti anti korupsi.

BihTynnCIAAq5qd.png large

Setelah saya mulai berani pasang DP itu, ada seorang teman yang mengajak saya diskusi. Diskusi politik ringan via chat BBM. Atas saran teman saya ini, saya pun mulai mencari pilihan alternatif lain. Jelang hari H pemilihan legislatif, saya masih belum menentukan pilihan, ditambah lagi ada teman yang minta tolong agar saya memilih anggota keluarganya yang jadi Caleg juga maka mulailah saya bingung.

 

Akhirnya saya tanya lagi sama De, Mbak kalo pilih PKS, foto siapa yang layak dicoblos. Mbak De pun kasih jawaban. Mulailah saya cari infonya di dunia maya, termasuk info caleg lain di luar PKS sebagai alternatif. Baru kali ini saya memilih sampai cari info segala. Biasanya juga pilih karena ada tokoh yang saya suka. 😀

 

Dulu saya termasuk orang yang tidak suka jika agama masuk ke ranah politik. Bisa ditebak bahwa pilihan saya adalah partai yang basisnya nasionalis. Entah kenapa untuk yang satu ini berani saya jadikan pilihan. Baca juga a choice.

 

Lepas pemilihan legislatif urusan dengan PKS sementara selesai. Memasuki pemilihan Presiden situasi dunia maya begitu riuh dengan urusan ini. Ketika calon presiden hanya ada 2 saya memilih berada di pihak no 1. Sama seperti sebelumnya ketika saya menyatakan pilihan saya, teman saya yang beda pandangan politiknya datang untuk berdiskusi.

 

Saat Pemilihan Presiden kemarin saya sampai harus perang status dengan teman saya yang jokowers. Heran juga sama mereka disodori fakta tetap aja gak mau berubah. Bahkan sampai saat ini ketika Jokowi ingkar janji, hadeuh tetap aja mereka bela. Ampun dah.

 

***

Malam ini suasana begitu berbeda menulis di tempat tak biasa sambil sesekali melihat ipi dan teman-temannya latihan silat lumayan dapat menghibur hati setelah seharian bekerja. Melihat adik-adik itu semangat berlatih silat, saya semakin optimis kelak Indonesia akan jadi negara yang maju jika anak mudanya mengisi waktu dengan hal yang bermanfaat seperti ikut latihan beladiri.

 

Pilpres pun usai Jendral Prabowo Subianto pilihan saya kalah setelah dicurangi. Sayapun galau dan susah move on. He…. Karena saya termasuk yang paling antusias mengkampanyekan PS, alhasil ketika pilihan saya kalah mereka pun menggoda. Yaelah…

 

Eits… tunggu dulu. Sejak awal ikut Pemilu pilihan saya tak pernah kalah. Bahkan terbukti jadi Presiden untuk 2 periode. Maka ketika mereka katakan saya kalah, saya jawab saya tetap menang karena pilihan saya nomer 3. Ketika sang pemenang mempropagandakan “Salam 3 Jari”, maka itulah sesungguhnya kemenangan yang sejati. Mereka mengakui bahwa PKS, partai dengan nomor urut 3 adalah pemenangnya.

images (16)

***

Pilpres usai tak ada lagi cerita tentang PKS kecuali saya yang masih galau memikirkan mau dibawa kemana Indonesia dibawah Presiden yang tak bisa memimpin. Kemudian takdir berkata lain, salah seorang teman bercerita tentang Jonru. Teman saya menggambarkan Jonru ini sebagai seorang yang suka mengadu domba dan memecah belah bangsa.

 

Atas cerita teman saya ini, saya mulai mencari tau siapa sih Jonru. Mulailah saya browsing dan stalking statusnya di FP. Hampir setiap malam usai membaca sinopsis Jodha di FB saya lanjut main ke FPnya Jonru. Sampai-sampai ipi hafal betul kebiasaan saya ini. “Bunda, Jonru itu siapa?” “Jonru lagi, Jonru lagi” begitu si ipi berkata pada saya. Saya hanya menjawab, ntar kalo dah gede kamu tau sendiri.

 

Beberapa lama saya mengikuti Jonru saya menemukan fakta bahwa Jonru itu kader PKS. Saya pun merasa bahwa Jonru tak seperti yang teman saya bilang, tak ada sama sekali kesan bahwa Jonru  ingin memecah belah persatuan bangsa. Setelah mengetahui fakta ini saya tak lagi stalking FP Jonru, akun-akun yang berafiliasi dengan PKS di Twitter pun mulai saya unfollow.

 

Boleh dibilang saya mengenal PKS lewat para hatersnya. Mereka yang membuat saya mencari tau lewat Dunia Maya  tentang PKS. Seperti yang kek Jamil bilang, jika kamu mendengar cerita apalagi jika sampai menjurus pada fitnah maka janganlah mudah percaya dan cari taulah kebenarannya. Kemudian saya baru tau inilah yang dinamakan Tabayun.

 

***

Cerita tentang haters ini mereka sebenarnya respek dengan PKS, yang terkenal militan (emang militan itu apa ya, saya sering dengar kata ini, tapi tak pernah cari tau kecuali hanya memperhatikan mereka dari jauh).

Ketika di sosmed dan media massa merebak demo untuk menurunkan jokowi, terjadilah percakapan singkat sore itu di kantor antara Jokower, Saya dan Teman saya

J : Masak iya harus tanggal itu?

S : Iya, emang kenapa?

J : Nggak mungkinlah, mahasiswa itu gak akan seperti dulu. Kalo dulu emang murni bersatu jadi bisa menggulingkan Soeharto, kalo sekarang mahasiswa demo, minta dibayar.

TS : Nggak lah, masih ada kok yang militan. Kalo soal demo bayaran dari dulu sudah ada yang begituan, bukan sekarang aja. Itu kan tergantung pribadinya.

 

Dari percakapan singkat ini, saya paham betul kalo teman saya percaya masih ada orang-orang militan yang memegang teguh prinsip-prinsipnya.

 

Inilah saya, yang hanya sekedar memilih PKS saat pemilu. Saya yang memilih sembunyi di balik layar dan melihat perjuangan kalian dari jauh. Semoga PKS tetap istiqomah anti korupsi, dan semoga lahir Indonesia baru di tangan kalian.

 

Selamat berjuang saudaraku-saudaraku.

Kebangkitan Nasional Indonesia sudah di depan mata. 20 Mei 2015.

 bangkit-indonesiaku

#Merdeka #IndonesiaBangkit #Cerita #keepfighting

 

 

 

 

 

Cebua (Cerita Bunda)

“Mbak ri, ayo dong cerita lagi”, “mbak ri, katanya kamu mau cerita”. Suara-suara itu seringkali terngiang di telingaku. Entah ini suara imaji, halusinasi atau suara hati kecilku.

Malam ini suara itu muncul lagi. Suara manja yang merajukku untuk tetap di depan laptop menarikan jari- jemari di atas tuts keyboard.

“Bunda, ayo bunda ngetik lagi” ucap ipi.

“Iya nak, bentar lagi ya” sambil melanjutkan melipat baju yang tumpukannya sudah mirip gunung Bromo yang pernah meletus, yah begini ini kalo sukanya numpuk pekerjaan, huft… gumamku dalam hati.

Suara itu muncul lagi “Bunda, ayo bunda katanya habis sholat bunda mau ngetik”.

“ Iya, tunggu nak. Bunda selesain dulu ya. Kenapa kok ipi minta bunda ngetik” tanyaku pada ipi.

Berkali-kali ipi memaksaku untuk segera kembali ke depan laptop, entah kenapa si ipi ini. Biasanya juga kami rebutan untuk pakai laptop satu-satunya, milik kantor pula, Hadeuh. Apapun itu, Alhamdulillah dapat tugas jagain inventaris kantor berupa laptop ini.

Iseng kutanya kenapa dia sedikit memaksaku untuk mengetik. “Kenapa kok ipi minta bunda ngetik” tanyaku padanya. “Ipi suka lihat bunda ngetik, ipi seneng kalo bunda lagi ngetik” ucap ipi padaku. Hemm,  Dan atas permintaan ipi, saya mulai mengetik lagi walaupun hari ini saya sudah setor 2 tulisan. Baiklah nak, bunda penuhi keinginan. Mudah-mudahan kelak kamupun bisa menghasilkan karya yang bemanfaat bagi umat.

Dan saat mengetik tulisan ini. Ipi tiduran di samping kananku sambil membaca buku yang tadi siang baru saja aku beli. Buku bergambar 3 ekor pinguin dan seekor ikan hiu yang siap memangsa dari belakang. Buku ini terbitan nectar seri Fabel Teladan dengan judul Berjuang untuk hidup. Sesekali di tunjukkan gambar yang ada di buku itu padaku.

Mataku mulai sipit dan mengecil , rasa kantuk mulai menyerang, tapi aku harus berjuang memenuhi keinginan ipi. Lama-lama aku bakalan jadi panda dengan lingkar hitam di sekeliling mataku dan kantong mata yang bendol. Yah, harus mulai menerima nasib nih. Melanjutkan apa yang sudah aku mulai.

Dan aku mulai bingung menentukan pilihan mana yang akan aku bahas lebih dulu. Semuanya seru dan berputar-putar di kepalaku menanti giliran untuk dituangkan dalam tulisan. Nampaknya aku harus mempertanggung jawabkan gelar yang aku sematkan di belakang namaku. Gelar yang aku malu untuk memakainya, gelar yang hanya titipan saja di dunia karena gelar terakhir kita adalah almarhum/almarhumah. Lagipula aku lebih suka dengan Gelar Dagangan 😀 . Kalian mungkin bertanya apa gelarku. Saya  punya dua gelar di belakang nama saya. Gelar yang pertama SS dan yang kedua ST.

Lho, mbak Ria gelarnya sarjana sastra dong. Ummm.. mesti jawab gimana ini. Iya aku seorang sarjana sastra yang gak pernah bangga akan gelarnya, karena banyak yang nggak aku pahami tentang sastra. Lagipula aku hanya menempuhnya selama 2 tahun karena 2 tahun pertama aku habiskan di Sekolah Tinggi yang mencetak para guru. Kalo tau bakalan begini aku gak akan pilih jurusan itu dulu. Sekolah guru aku tinggalkan karena aku diterima sebagai pegawai negeri dan agar bisa ikut penyesuaian kenaikan pangkat maka melanjutkan kuliah secara ekstension jadi pilihan.

Gelar keduaku adalah ST. Wow, keren dong pernah kuliah di jurusan teknik. Hayah, yang ini mah gelar ST singkatan dari Sok Tau. Gelar yang aku pasang sendiri karena kadang aku sok tau atas apa yang belum aku tau. Parah neh, don’t try this at humz ya.

Bekerja sebagai staf di Bagian Hukum dengan gelar SS tentu bukan perkara yang mudah, sementara teman yang lain sangat menguasai ilmu tentang hukum, aku harus puas hanya menjadi tukang ketik surat perintah kerja, surat perjanjian kerjasama. Dan itulah yang kadang membuat aku pengen kuliah lagi. Bukan kuliah S2 tapi S1 yang bisa membantu pekerjaanku.  Selain ketik mengetik, aku dipercaya menjadi seorang perencana. Merencanakan anggaran dan membuat rencana kerja adalah bagian dari tugasku. Tahun 2013 kemarin udah pernah mengundurkan diri dari jabatan ini tapi tidak setujui. Dan tetaplah diriku menjadi seorang perencana

Saat kemarin saya buat artikel mengenai Visi Misi itu adalah bagian dari tugas saya untuk ikut andil dalam pembangunan Di bangkalan dengan cara mengenalkan Bangkalan kepada investor-investor yang berminat membangun Bangkalan. Yang perlu ditekankan adalah membangun Bangkalan bukan membangun di Bangkalan.

Wah bahasannya saya sudahi dulu sebelum melebar dan meluas menjadi samudra kata-kata. Okey itu sekelumit tentang diriku. Ini ceritaku, mana ceritamu.

#cerita #ceritakeluarga #bacabuku #bebacacartoon-the-children-painting-vector-187411