Amplop tak Bertuan

“Tin aku mau resign” ucap Wini pada Tini sahabatnya

Tini yang kaget meminta Wini untuk mengulangi ucapannya walaupun sebenarnya di sudah mendengar perkataan Wini “apa Win, coba kau ulangi lagi ucapanmu barusan”

“Aku ingin resign, aku lelah Tin”

“Sudah kau pikirkan baik-baik keputusanmu, Win”

“Iya, sudah lama aku ingin resign, aku gak bisa terus-terusan seperti ini. Menerima uang suap agar bisa memenangkan salah satu pasangan calon dalam survei Pemilu. Ini bertentangan dengan nuraniku, Tin”

Wini dan Tini sama-sama bekerja sebagai staf di Lembaga Survei Pemilu, yang pelanggannya adalah para Petinggi Partai. LSP tempat mereka bekerja banyak menerima orderan jelang Pemilu, dan orderan itu bisa dipesan sesuai keinginan Partai agar bisa meningkatkan elektabilitas Partai tentunya ataupun menggiring opini publik agar memilih calon tertentu.

 

Pemilu 2014 kemarin LSP memihak kepada Partai berlambang Kerbau yang notabene adalah Partai yang tidak Wini sukai. Maka bertambah pula keinginan Wini untuk resign. Terutama sejak Partai itu menjadi Partai pemenang pemilu karena curang. Wini merasa bertanggung jawab ketika Presiden yang diusung Partai Kerbau pada pemilihan Presiden silam adalah hasil pencitraan dari Lembaga Survei tempatnya bekerja.

“Win, trus bagaimana kamu akan menghidupi dirimu dan anak semata wayangmu itu. Kamu gak boleh egois Win. Anakmu itu masih butuh biaya untuk dia sekolah, apalagi engkau memilih untuk menyekolahkan anakmu di sekolah swasta yang biayanya tak murah” Tini berargumentasi agar sahabatnya itu memikirkan kembali keputusannya.

“Tin, aku tak mau harga diriku digadaikan hanya untuk puluhan lembar uang ratusan ribu yang tak jelas asalnya. Engkau taukan bagaimana uang panas itu menghancurkan semua kehidupanku” ujar Wini tak kalah berargumen.

Tini mencoba memutar kembali memorinya ketika ia baru kenal Wini, tiga tahun yang lalu. Saat itu Wini bercerita bahwa ketika ia memutuskan berpisah dengan mantan suaminya, ia sama sekali tak punya apa-apa. Motor yang biasa dia kendarai, perhiasan yang disimpannya semua tak bersisa kecuali sebuah rumah atas nama dirinya yang dia cicil dari gajinya. Wini menyadari betul uang panas yang masuk ke dalam rumahnya merusak semuanya. Ibaratnya uang setan dimakan jin. Sejak saat itu Wini sahabatnya bertekad untuk memulai hidup yang baru dari nol lagi bersama anak semata wayangnya yang hak asuhnya jatuh kepada dia.

Tini terdiam teringat ucapan Wini. Tini sadar sulit baginya untuk mengubah pendirian Wini. Tak ingin sahabatnya itu salah mengambil keputusan dan menyesal di kemudian hari, Tini mencoba sekali lagi mengutarakan pendapatnya  “Win, sudah kamu pikirkan masak-masak keputusanmu. Bagaimana kelanjutan hidupmu dan anakmu?. Darimana kamu akan mendapatkan penghasilan?”

“Tin, diam-diam aku merintis sebuah bisnis kecil-kecilan. Lepas kantor aku mulai jualan. Anakku juga pernah mengutarakan keinginannya agar aku bekerja di rumah. Selama ini aku terlalu sibuk berperan sebagai kepala keluarga sehingga aku lupa bahwa aku juga seorang ibu bagi dia.” Ucap Wini

“Kamu yakin bisa sukses dengan bisnismu itu?” Tanya Tini pada Wini

“Tin, Rejeki itu dari Allah, kita hanya berusaha untuk menjemputnya dan meraih ridhoNYA agar tenang hati kita menjalani hidup ini. Asal kita berusaha, Allah pasti kasih kita jalan.” Wini berusaha meyakinkan sahabatnya tentang keputusan itu.

“Win, aku akan sangat kehilangan kamu jika kamu putuskan untuk resign”. Lirih suara Tini membayangkan bahwa dia akan merindukan saat-saat bersama dengan sahabatnya itu. Wini pergi meninggalkan Tini di serambi musholla kantor untuk menuju ke ruangannya dan membereskan pekerjaannya

Jarum jam menunjukkan pukul 15.00, Wini membereskan berkas-berkas pribadi di meja kerjanya. Besok dia akan menemui pimpinan dan menyampaikan surat resignnya itu. Terlihat bahagia di matanya, nuraninya membantu Wini untuk lepas dari lingkaran setan yang telah membelenggunya selama ini. Besok dia akan kembalikan amplop tak bertuan yang dia dapat dari pimpinannya, selama ini Wini menyimpan amplop itu dan tidak tau akan dikemanakan isinya karena bagi Wini amplop beserta uang di dalamnya itu bukan haknya.

Save Indonesia, say no to korupsi. Saatnya Indonesia Bangkit. Jelang Kebangkitan Nasional Indonesia.

images

#nurani #rejeki #keputusan #stopkorupsi

Tinggalkan komentar